Senin, 30 Desember 2019
assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)
Dua puluh tahun lalu Dia mengirim ku ke dalam kehidupan
yang sangat indah namun hanya sebuah kefanaan semata. Entah mengapa Dia lebih
memilih ku daripada sosok bidadari yang selama hidupnya membawa kedamaian serta
ketentraman hati bagi mereka yang berada di sisinya. Tetapi Dia mungkin punya
maksud dan tujuan lain sehingga Ia mengganti bidadari penentram hati dengan
benalu yang hanya bisa membawa bala bagi sekitar. Kejam mungkin, aku
mengibaratkan diri ini sebuah benalu namun itu kenyataan yang kini dihadapi.Terkadang aku malu dengan diri ini, malu dengan Dia yang
telah mempercayaiku untuk menikmati hamparan keindahan serta keajaiban yang
telah diciptakanNya sedemikian rupa. Jika aku mengatakan aku benci diri ini
maka, berarti akupun benci dengan penciptanya. Jika aku mengatakan aku lelah
dengan diri ini yang semakin lama hatinya semakin kokoh dan sulit di runtuhkan
maka ini salah ku bukan salah Nya. Aku benci tidak bisa mengurangi beban mereka
yang mengelilingiku, aku tidak bisa membantu memikul beban mereka justru
menambah beban itu semakin berat.Tak jarang aku ingin menutup kedua kelopak ini tanpa
membukanya kembali, aku ingin semua ini
usai lalu aku bisa memeluk bidadariku untuk selamanya. Namun betapa bodohnya
aku jika aku melakukan semua itu, betapa murkanya Ia nanti jika aku pulang sedang waktu berkelanaku belum usai, Ia pun belum menjemputku. Sungguh hal yang
menakutkan jika aku melihat murkaNya sedang Ia sangat mencintai. Diri ini amat
bodoh jika menyerah hanya karena duri kecil.Ohh... sungguh lemahnya diri ini, sungguh kerdilnya diri
ini. Bodoh dalam mengintropeksi. Lemah dalam pengetahuan. Diri yang selalu
mengeluh, mengorek segala macam pembenaran agar tidak terlihat salah. Sungguh
betapa menyebalkanya diri ini. Katakan
diri ini lemah, katakan diri ini lembek dengan segala hal yang sudah ada juga
terpampang nyata sejak pertama kali kaki ini melangkah. Aku tau apa yang kan ku
hadapi ke depan. Kala itu juga kini masa depan, pilihan berada dalam genggaman.
Kini mungkin pilihan yang nanti ku ambil akan menjadi batu pijakan tuk
langkah-langkah ke depan.Perlahan aku mulai mengenal diri ini namun ibarat
kepingan mata uang diri ini pun punya dua sisi berbeda, positif juga negatif
itulah mahakaryaNya. Karna semua yang berada
di kolong langit tidaklah sempurna.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar