Senin, 30 Desember 2019

assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)
wah... udah lama banget nih.. aku gak nulis jadi kangen deh :) sebenernya bukan lama gak nulis sih... cuma lama gak post aja :D apa kabar nih semua? :) .  nih sekarang aku mau nulis lagi, akhir-akhir ini tuh aku suka kepo sama kepribadian-kepribadian gitu, udah lama sih sebenernya cuma sekarang lebih meningkat aja.. ceileh.. meningkat kayak apa aja. iya... ternyata aku itu tipenya INFP berdasarkan kepribadian MBTI. INFP itu secara garis besarnya orangnya idealis,gak realistis dan selalu mengedepankan prinsip dan feeling dalam memutuskan suatu masalah. nah, aku banget itu dan aku tuh orangnya kalau punya keinginan kuat banget.
huft... ya gtu deh okeh.. gak usah panjang-panjang langsung ajah karena udah ribet nih gak tau nyambung apa enggak yang pasti aku pengen post karya terbaru aku :) ceileh karya... curhatan kalik.. :D


DIRI YANG KERDIL

Dua puluh tahun lalu Dia mengirim ku ke dalam kehidupan yang sangat indah namun hanya sebuah kefanaan semata. Entah mengapa Dia lebih memilih ku daripada sosok bidadari yang selama hidupnya membawa kedamaian serta ketentraman hati bagi mereka yang berada di sisinya. Tetapi Dia mungkin punya maksud dan tujuan lain sehingga Ia mengganti bidadari penentram hati dengan benalu yang hanya bisa membawa bala bagi sekitar. Kejam mungkin, aku mengibaratkan diri ini sebuah benalu namun itu kenyataan yang kini dihadapi.Terkadang aku malu dengan diri ini, malu dengan Dia yang telah mempercayaiku untuk menikmati hamparan keindahan serta keajaiban yang telah diciptakanNya sedemikian rupa. Jika aku mengatakan aku benci diri ini maka, berarti akupun benci dengan penciptanya. Jika aku mengatakan aku lelah dengan diri ini yang semakin lama hatinya semakin kokoh dan sulit di runtuhkan maka ini salah ku bukan salah Nya. Aku benci tidak bisa mengurangi beban mereka yang mengelilingiku, aku tidak bisa membantu memikul beban mereka justru menambah beban itu semakin berat.Tak jarang aku ingin menutup kedua kelopak ini tanpa membukanya kembali, aku ingin  semua ini usai lalu aku bisa memeluk bidadariku untuk selamanya. Namun betapa bodohnya aku jika aku melakukan semua itu, betapa murkanya Ia nanti jika aku pulang  sedang waktu berkelanaku belum usai,  Ia pun belum menjemputku. Sungguh hal yang menakutkan jika aku melihat murkaNya sedang Ia sangat mencintai. Diri ini amat bodoh jika menyerah hanya karena duri kecil.Ohh... sungguh lemahnya diri ini, sungguh kerdilnya diri ini. Bodoh dalam mengintropeksi. Lemah dalam pengetahuan. Diri yang selalu mengeluh, mengorek segala macam pembenaran agar tidak terlihat salah. Sungguh betapa menyebalkanya diri ini.                        Katakan diri ini lemah, katakan diri ini lembek dengan segala hal yang sudah ada juga terpampang nyata sejak pertama kali kaki ini melangkah. Aku tau apa yang kan ku hadapi ke depan. Kala itu juga kini masa depan, pilihan berada dalam genggaman. Kini mungkin pilihan yang nanti ku ambil akan menjadi batu pijakan tuk langkah-langkah ke depan.Perlahan aku mulai mengenal diri ini namun ibarat kepingan mata uang diri ini pun punya dua sisi berbeda, positif juga negatif itulah mahakaryaNya. Karna semua yang berada  di kolong langit tidaklah sempurna.